Saturday 9 November 2013

Sinopsis dan Analisis Novel "Sang Pemimpi"


Sinopsis dan Analisis Novel Remaja Indonesia
“Sang Pemimpi”
Karya Andrea Hirata



Oleh :
Himmatul Hasanah (12)
VIIIA


SMP Negeri 2 Bantul
Tahun Ajaran 2013/2014


Identitas Buku

1.       Judul Novel     : SANG PEMIMPI
                                      (New edition)
2.      Penulis                         : Andrea Hirata
3.       Penerbit           : Bentang Anggota IKAPI
  (PT. Bentang Pustaka)
4.      Penyunting     : Imam Risdiyanto
5.      Halaman         : viii + 248 halaman; 20,5 cm
6.       Cetakan           : Ketiga, April 2012
7.      Kota terbit       : Yogyakarta
8.      ISBN                : 978-602-8811-37-8

Sinopsis Novel “Sang Pemimpi”
Karya Andrea Hirata

     Arai adalah saudara jauh Ikal yang telah menjadi yatim piatu sejak kelas 3 SD, ia adalah anak yang sangat tabah menjalani hidupnya. Bayangkan saja, ketika Ikal dan Ayahnya menjemput Arai, mereka sedih melihat keadaan Arai, namun Arai menghibur Ikal dengan mainan buatannya. Sedangkan Jimbron adalah sahabat setia mereka yang juga yatim piatu. Ia menjadi gagap sejak ayahnya meninggal dan iapun diangkat menjadi anak asuhnya Pendeta Geovanny. Ia sangat fanatik kepada kuda yang dianggap hewan asing di lingkungannya, bahkan ia mengerti seluk beluk setiap kuda.Tiga orang bersahabat itu tinggal di satu kamar kontrakan di pinggir Dermaga Magai. Setiap pukul 2 pagi mereka harus bangun untuk bekerja sebagai kuli ikan di Dermaga Magai.
     Mereka sering dimarahi Pak Mustar karena ulah mereka. Pak mustar adalah sosok orang yang sangat bersahaja, tegas, dan disiplin. Ia adalah pahlawan bagi anak-anak di Belitong, karena berkatnya Ikal dan teman-temannya tidak perlu menempuh jalan sejauh ratusan kilometer untuk pergi ke sebuah sekolah negeri. Pak Mustar menjadi galak karena anaknya tidak dapat masuk ke sma yang susah dibangunnya karena nemnya kurang 0.25 dari batas minimal.


     Sore itu, Mak Cik Maryamah bersama anaknya datang untuk meminjam beras. Sebenarnya mereka sudah datang tiga kali minggu ini. Mata Arai berkaca-kaca melihatnya. Arai seketika menyeret Ikal ke dalam mengambil tabungan mereka. Ikal bingung melihat tingkah Arai. Mereka mengambil uang tabungan mereka lalu melesat ke toko untuk membeli tepung, gula, gandum, dan minyak. Yang benar saja, Arai meberikan itu semua kepada Mak Cik Maryamah supaya dapat membuat roti untuk dijual sebagai penghasilan.


     Pak Balia adalah kepala sekolah sekaligus guru sastra mereka, ia selalu mempunyai kata-kata yang membuat muridnya takjub. Tiba-tiba tanpa diminta Pak Balia, Arai melompat , melolong keras sekali "Tak semua yang dapat dihitung, diperhitungkan, dan tak semua yang diperhitungkan dapat dihitung! Albert Einstein, fisikawan nomor wahid!"
    Ikal mengerti taktik tengik Arai untuk membuat Nurmala berkesan.


     Setiap Minggu Pagi, Jimbron melesat ke Pabrik Cincau. Dengan senang hati Jimbron membantu Laksmi. Sorang anak yang tidak pernah tersenyum sejak keluarganya meninggal di sebuah muara yang sejak kejadian tersebut tempat itu  diberi nama Semenanjung Ayah. Laksmi diselamatkan oleh seorang Tionghoa Thong San dan kemudian diangkatlah laksmi menjadi anak angkatnya. Seperti Jimbron dengan Pendeta Geovanny, bapak asuh Laksmi justru menumbuhkan Laksmi menjadi muslimah yang taat.

     Dua hari sebelum penerimaan rapor, ayah dan ibu Ikal mempersiapkan segala perlengkapan dengan sangat baik. Ayah Ikal juga harus bersepeda sejauh 30 kilometer untuk mengambil rapor anak kesayangannya itu. Orang tua murid duduk berkumpul di aula dan di kursi yang sudah diberi nomor besar-besar sesuai urutan rangking anaknya. Pak Mustar juga sudah menyiapkan sepuluh kursi didepan yang sedikit dipisahkan untuk orang tua murid yang anaknya mendapat nilai lebih baik dari teman-temannya yang lain. Beruntung kali ini Ikal dan Arai dapat mempersembahkan kursi nomor tiga dan lima untuk ayah mereka.

     Kini Ikal telah menjadi seorang yang pesimis, malas belajar, dan tak bersemangat untuk berlari. Hawa positif di dalam di Ikal telah menguap dibawa hasutan-hasutan yang melemahkannya. Bahkan yang kemarin ayahnya duduk di barisan garda depan, kini ia harus duduk dikursi nomor 75. Ikal dimarahi habis-habisan oleh Arai dan Pak Mustar.
     Berbeda dengan Jimbron yang sangat optimis dan satu minggu yang lalu ia memesan 2 celengan kuda dari Jakarta. Dan hari ini dua celengan itu datang, Jimbron senang bukan main, sejak saat itu Jimbron menjadi semangat bekerja dan upah yang diterimanya dibagi rata untuk dua celengan kudanya.

     Bendera Kapal Bintang Laut Selatan telah tampak di horizon pukul 3 sore. Dermaga itu telah dipadati orang-orang yang ingin melihat hewan yang hanya pernah dilihatnya digambar.
     Seusai zuhur, Jimbron bolos sekolah, dia hilir mudik di dermaga. Dia bersembunyi dibelakang tong-tong aspal. Dia seperti cemas dan malu. Keinginannya selama belasan tahun sebentar lagi akan terwujud di depan batang hidung.
     Kapal itupun merapat, pintu utama dibuka. Tampaklah tujuh ekor kuda. Ya tujuh ekor kuda yang dipesan Capo dari Tasmania, Australia. Yang paling menakjubkan yaitu kuda yang ketujuh, ia memiliki rambut putih yang bersih dan halus membuatnya tampak gagah berani "Subhanallah! Maha Besar Allah."
     Kuda tersebut oleh Capo diberi nama Pangeran Mustika Raja Brana.


     Kemerosotan mulai tampak pada diri Arai dan Jimbron. Keadaan semakin parah sejak Arai memutuskan untuk berhenti sementara menjadi kuli ngambat, ia lebih memilih menjadi kuli bangunan musiman di Gedong.
     Arai kian tenggelam dalam pekerjaan bangunannya itu di Gedong. Ikal juga sibuk mengejar ketinggalan pelajarannya karena ujian semakin dekat. Jimbron semakin terabaikan.
    Waktu itu hari Minggu, Ikal dan Jimbron kembali tidur setelah shalat subuh. Baru beberapa menit terlelap, terdengar ketukan pelan di jendela. Di luar masih gelap, suara itu semakin dekat, Ikal dan Jimbron semakin ketakutan. Ikal memberanikan dirinya melihat di luar jendela, ia menjerit sejadi-jadinya. Pangeran Mustika mendongakkan kepalanya memasuki jendela kamar. Jimbron tak berkutik, matanya berkaca-kaca. Jimbron diberi kesempatan menungganginya. Ia sangat senang, ia memacu kudanya keluar dari batas pantai dan memasuki pasar. Ikal dan arai panik, namun mereka sadar dan mengerti tujuan Jimbron, merekapun mengambil jalan pintas tercepat ke Pabrik Cincau. Dan bertepatan dengan Jimbron, Ikal dan Arai sampai di tempat itu. Jimbron memperlihatkan kemampuannya di depan Laksmi. Setelah segala upaya dikerahkan kini berkat Jimbron ia dapat kembali tersenyum.

     Luas samudra dapat diukur, namun luasnya hati siapa sangka. Itulah Arai. Dua bulan yang lalu, dia menyerahkan diri kepada penindasan yang dilakukan Capo demi Jimbron. Waktu dia mengatakan ingin jadi kuli bangunan di Gedong tempo hari, sebenarnya diam-diam dia melamar kerja kepada Capo dengan satu tujuan, agar Jimbron dapat mendekati Pangeran.

     Tibalah tanggal 14 september.
    Usai shalat isya, Arai sudah berdandan rapi dan dia telah menyiapkan seikat bunga. Dengan bersepeda mereka bertiga menuju rumah Nurmala. Suasana sepi dan sendu. Keringat Arai bercucuran. Dia berusaha keras menenangkan dirinya. Nurmala yang tengah hilir mudik terhenti langkahnya dan menoleh ke jendela. Arai mengeraskan suaranya. Syair lagu When I Fall in Love mengalun.
    Mereka bertiga pulang dengan tangan hampa. Mereka pulang melewati kebun jagung yang daunnya basah menyayat lengan mereka, gatal dan perih. Wanita Indifferent di dalam rumah victoria itu masih sama sekali tidak dapat didekati.


     Ikal, Arai, dan Jimbron telah menyelesaikan SMA. Hasil ujian akhir Ikal sangat baik sehingga dapat mendudukkan kembali ayahnya di deretan garda depan. Ikal dan Arai akan berangkat  ke Jakarta untuk mengadu nasib. Mereka akan menumpang kapal Bintang Laut Selatan. Sebuah kapal ternak yang kotor dan jorok.  Hari keberangkatan merekapun datang, Jimbron menyerahkan dua celengan kudanya untuk Arai dan Ikal. Celengan itu telah disiapkan dari dulu oleh Jimbron untuk mereka.
     Setelah lima hari berada di laut, akhirnya Arai dan Ikal dapat melangkahkan kakinya di tanah ibukota. Sampai di Jakarta mereka menaiki bus. Mereka berhenti di Kota Bogor yang masih asing bagi mereka. MISI PERTAMA menemukan Terminal Ciputat gagal.
     Setelah berhari-hari mereka tidak menemukan pekerjaan yang menerimanya, bekal mereka menipis. Pekerjaan door to door salesmanpun gagal dijalaninya. Akhirnya ada tetangga kos yang mengajak mereka untuk bekerja di kios fotokopinya. Dari pekerjaan itu, Ikal menemukan pekerjaan baru yang memberinya gaji tetap. Namun sebelum bekerja, calon pegawai dilatih dahulu selama sebulan.
     Satu bulan telah berlalu, Ikal kembali ke kamar kos mereka, namun ia tidak menemui Arai. Terdapat surat yang tergeletak di depan pintu, surat itu berisi bahwa Arai telah pergi merantau ke Kalimantan.

      Sudah empat tahun berlalu, Ikal dapat mendapatkan gelar sarjana di Universitas Indonesia. Akhirnya, Arai dan Ikal dipertemukan saat tes wawancara beasiswa ke Eropa. Laporan mereka diterima dengan baik oleh juri, dan mereka akan kuliah di universitas yang sama di Eropa.


Analisis Novel Sang Pemimpi
Karya Andrea Hirata

  A.   Tema
Tema yang diangkat dari novel ini yaitu persahabatan dan perjuangan dalam mengarungi  kehidupan serta kepercayaan terhadap kekuatan sebuah mimpi. Hal ini dibuktikan oleh pengarang dengan menceritakan kisah tiga orang sahabat yang membuktikan kepercayaan terhadap kekuatan sebuah mimpi sehingga mereka bisa melewati kerasnya hidup.

  B.    Tokoh
1.       Ikal :
·         Baik Hati, “Aku dan Jimbron berusaha menahan diri tak tertawa untuk menjaga perasaan Arai.” Sang Pemimpi hlm.199
·         Optimis, “Sejak kejadian pembagian rapor kemarin, aku berjanji kepada Ayah untuk mendudukkannya lagi di bangku garda depan.” Sang Pemimpi hlm. 169
·         Peduli, “Aku cemas akan keadaan Jimbron yang untuk pertama kalinya...” Sang Pemimpi hlm. 168.
·         Pantang menyerah, “Aku dan Arai berlari terbirit-birit menuju sekolah.” Sang Pemimpi hlm. 59.
·         Pintar, “Beruntungnya, aku dan Arai selalu berada di garda depan. Aku di urutan ketiga, sedangkan Arai di urutan kelima.” Sang Pemimpi hlm. 81.

2.      Arai :
·         Perhatian, “Sering ketika bangun tidur, aku menemukan kuaci, permen gula merah, dan mainan kecil dari tanah liat sudah ada di saku bajuku. Arai diam-diam membuatnya untukku.” Sang Pemimpi hlm. 26.
·         Kreatif dan Penuh inspirasi, “Aku melirik benda itu dan aku makin pedih membayangkan dia membuat mainan itu sendiri, memainkannya juga sendiri...” Sang Pemimpi hlm. 21.
·         Gigih, “Dua bulan terakhir, dia menyerahkan diri pada penindasan Capo yang terkenal keras, semuanya demi Jimbron.“ Sang Pemimpi hlm. 193.
·         Rajin, “Sstiap habis maghrib, Arai melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an di bawah temaram lampu minyak.” Sang Pemimpi hlm. 27.
·         Pintar, “Beruntungnya, aku dan Arai selalu berada di garda depan. Aku di urutan ketiga, sedangkan Arai di urutan kelima.” Sang Pemimpi hlm. 81.
·         Pantang menyerah, “Arai terus melolong gagah berani. Dia bersahut-sahutan dengan Nat King Cole.” Sang Pemimpi hlm. 199
·         Tulus, “Arai menyerahkan karung-karung tadi kepada Mak Cik.” Sang Pemimpi hlm. 43.


3.       Jimbron :
·         Tabah, “Suatu hari, belum empat puluh hari ibunya wafat, Jimbron bepergian naik sepeda dibonceng ayahnya. Masih berkendara, ayahnya terkena serangan jantung.” Sang Pemimpi hlm. 49
·         Pekerja keras, “setiap hari dia bekerja part time di kapal milik salah satu nahkoda.”
·         Polos, “Jimbron berdiri mematung. Dia seakan tak percaya kalau aku tega membentakknya sekeras itu.” Sang Pemimpi hlm. 123.
·         Tulus, “dia memberikan kedua celengan kudanya yang selama ini telah ia persiapkan untuk Ikal dan Arai.” Sang Pemimpi hlm 204.
·         Baik hati, “Setiap Minggu pagi, Jimbron menghambur ke pabrik cincau. Dengan senang hati, dia menjadi relawan membantu Laksmi.” Sang Pemimpi hlm. 69.

4.      Pak Mustar :
·         Disiplin, “Setengah jam sebelum masuk, Pak Mustar mengunci pagar sekolah.” Sang Pemimpi hlm.5.
·         Tegas, “Pak Mustar mengancam tak main-main.” Sang Pemimpi hlm. 86.
·         Peduli, “Beliau tidak mau murid-muridnya terjerumus ke masa depan yang suram.”

5.      Bapak Saman Said Harun (Bapaknya Ikal) :
·         Pendiam, “Ayah turun dari sepeda, seperti biasa, hanya satu ucapan pelan ‘Assalamu’alaikum’, tak ada kata lain” Sang Pemimpi hlm. 82
·         Sabar dan Baik hati, “Lalu, Ayah bersepeda ke Magai, ke SMA negeri, 30 kilometer jauhnya untuk mengambil rapor anak-anaknya.” Sang Pemimpi hlm.79.
·         Bijaksana, “Ayah senantiasa menerima bagaimanapun keadaan kami.” Sang Pemimpi hlm. 142.

6.       Ibunya Ikal :
·         Perhatian, “Saat pembagian rapor, Ibu pun tak kalah repot. Sehari semalam, dia merendam daun pandan dan bunga kenanga untuk dipercikkan di baju safari empat saku Ayah itu ketika menyetrikanya.” Sang Pemimpi hlm. 77.
·         Baik hati,”Ibuku tersenyum memandangi Nurmi. ‘Jangan sekali-kali kaupisahkan Nurmi dari biolanya, Maryamah. Kalau berasmu habis, datang lagi ke sini.’” Sang Pemimpi hlm. 33.

7.      Bapak Drs. Julia Ichsan Balia :
·         Kreatif, “Kreatif merupakan daya tarik utama kelasnya.” Sang Pemimpi hlm. 60.
·         Bijaksana, “Pak Balia terpana dan berkerut keningnya,tapi memang sudah alamiahnya, beliau menghargai siswanya.” Sang Pemimpi hlm. 64.
·         Pintar, “Mulut murid-muridnya ternganga mendengar kalimat yang agung itu.” Sang Pemimpi hlm. 60.
Tokoh pendukung : Zakia Nurmala, Laksmi, Bang Zaitun, Mak Cik Maryamah, Nurmi, A Kiun, Capo, Taikong Hamim, Pak Cik Basman, Nyonya Deborah, Mei Mei, Makruf, Mahader.
  C.   Alur
Novel ini menggunakan alur campuran (maju dan mundur). Alur maju ketika pengarang menceritakan tokoh dari lulus SMP sampai kuliah. Dan alur mundur ketika menceritakan saat tokoh masih kecil.

  D.   Latar
1.       Latar tempat :
a.       Kamar Kontrakan di Belitong, “ Aku, Jimbron, dan Arai baru pulang sekolah dan sedang duduk santai berada di beranda los kontrakan kami...” Sang Pemimpi hlm.87.
b.      SMA Bukan Main, “ di tengah lapangan sekolah, Pak Mustar dan para penjaga sekolah telah menyiapkan lokasi shooting.” Sang Pemimpi hlm. 111.
c.       Bioskop, “ Kami mengambil tempat duduk di tengah. Bau pesing tercium dari sudut-sudut bioskop.” Sang Pemimpi hlm.96.
d.      Gudang, “Kami memasuki labirin gang yang membingungkan. Akhirnya, di gudang peti es itulah kami terperangkap” Sang Pemimpi hlm. 10.
e.       Dermaga Magai, “Namun, sejak pukul dua, dermaga telah dipadati orang Melayu yang ingin melihat langsung hewan yang hanya pernah mereka lihat dalam gambar.” Sang Pemimpi hlm. 153.
f.        Pasar Magai, “Lewat tengah malam, aku berjalan sendiri menelusuri gang-gang sempit Pasar Magai.” Sang Pemimpi hlm.242.
g.      Rumah Mak Cik Maryamah, “Kami masuk ke dalam rumah yang senyap. Dari dalam kamar, sayup terdengar Nurmi sedang menggesek biola.” Sang Pemimpi hlm. 43,
h.      Tanjung Priok, Jakarta. “Aku dan Arai gemetar melihat demikian banyak manusia di Tanjung Priok.” Sang Pemimpi hlm. 213.
i.        Terminal Bogor, “Dua lampu neon panjang menyinari tuisan nama terminal di gerbang itu: Terminal Bus Bogor.” Sang Pemimpi hlm. 217.
j.        Pabrik Cincau, “Setiap Minggu pagi, Jimbron menghambur ke pabrik cincau. Dengan senang hati, dia menjadi relawan membantu Laksmi.” Sang Pemimpi hlm. 69.
k.      Rumah Bang Zaitun, “Kami memasuki ruang tamu Bang Zaitun yang dipenuhi beragam pernak-pernik,...” Sang Pemimpi hlm. 171.
l.        Kamar Kos di Bogor, ”Kamar kos kami berdinding gedek bambu dan berlantai semen yang sebagian berlantai tanah.” Sang Pemimpi hlm. 223.
m.    Kios Fotokopi, “kami berdiri dari pagi sampai malam di depan mesin fotokopi yang panas. “ Sang Pemimpi hlm. 226.
n.      Kantor pos, “Berbulan-bulan aku menyortir. Ribuan surat bertumpuk setiap hari. Setiap kali kantong pos dicurahkan, aku selalu berdoa dengan pedih, semoga ada surat dari Arai untukku.” Sang Pemimpi hlm. 230.



2.      Latar waktu :
a.       Pagi, “Senin pagi itu tidak ada siswa yang terlambat apel karena semuanya ingin menyaksikan tiga pesakitan dieksekusi.” Sang Pemimpi hlm. 109
b.      Siang, “aku selalu berlari sepulang sekolah, tapi siang ini, di depan restoran Tionghoa, langkahku terhenti.” Sang Pemimpi hlm. 131.
c.       Sore, “Sore itu, aku dan Arai sedang bermain di pekarangan waktu seorang yang biasa kami Mak Cik Maryamah datang.” Sang Pemimpi hlm. 31.
d.      Malam, “Setiap malam, dari los kontrakan, kami benci melihat orang-orang berkerudung mengantre tiket.” Sang Pemimpi hlm.93.

3.       Latar suasana :
a.       Bersemangat
b.      Putus asa
c.       Kerja keras
d.      Kebersamaan

4.      Latar sosial :
a.       Belajar
b.      Bekerja
c.       Bermain

  E.    Sudut Pandang
Pengarang menggunakan sudut pandang pertama serba tahu “aku” untuk tokoh utama (Ikal) dan sudut pandang ketiga pengamat untuk tokoh pendukung.

  F.    Gaya Bahasa
Novel ini ditulis dengan gaya realis bertabur metafora, penuh inspirasi dan imajinasi. Juga menggunakan kata-kata yang mudah dipahami, bahasa yang komikal dan tidak membosankan membuat pembaca merasa ikut menjadi bagian dari cerita.

  G.   Amanat
1.    Kita tidak boleh putus asa
2.    Kita tidak boleh berhenti bermimpi
3.    Kita tidak boleh mendahului takdir (berhenti sebelum tercapai)
4.    Kita harus menjalin persahabatan dengan baik
5.    Kita harus selalu bersyukur
6.    Keberhasilan harus diwujudkan dengan pengorbanan
7.    Saling membantu dan menghargai sesama
8.    Memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing
9.    Usaha harus beriringan dengan doa





Thursday 10 October 2013

Politik Etis

           Politik pintu terbuka ternyata tidak membawa kemakmuran rakyat Indonesia. Politik etis diangkat oleh Deventer karena ia menganggap Belanda mempunyai hutang budi terhadap Indonesia.

Politik yang diusulkan oleh Deventer ada 3 hal:
a.       Irigasi >> pembangunan irigasi di sawah milik penduduk untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk.
b.       Edukasi >> penyelenggaraan pendidikan di masyarakat pribumi untuk menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang baik.
c.       Migrasi >> perpindahan penduduk dari daerah yang padat ke daerah yang jarang penduduknya agar lebih merata.

Penyimpangan :
a.       Irigasi >> hanya sawah yang subur milik swasta Belanda.
b.       Edukasi >> hanya ditujukan kepada anak orang kaya dan pegawai negeri, juga terjadi diskriminasi pendidikan.
c.       Migrasi >> migrasi hanya ditujukan ke daerah-daerah yang dikembangkan perkebunan milik Belanda. Mereka dijadikan buruh dan kuli kontrak. Karena migrasi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja, maka tidak jarang banyak yang melarikan diri.

      Untuk mencegah pekerja melarikan diri, pemerintah Belanda mengeluarkan Peonale Sanctie ( pekerja yang melarikan diri akan di tangkap dan kembalikan kepada pengawas/mandornya).